Membuat poster film ala bli eka biasa belog

om swasti astu.....

Sebelumnya, saya sedikit menjelaskan tentang poster yang akan kita buat disini,saya ingin membuat poster dengan temanya adalah poster film.ini merupakan posting pertama saya mohon saran dan kritikkannya yea,,,,,hehehhe

Disini saya membuat poster film dengan konsep sexy girl dimana poster ini nantinya mengarahkan kita untuk segera ingin menontonnya,,,,ok langsung saja yea biar enggak panjang lebar saya bertele-tele…..hehehehehe kira-kira hasil akhirnya nanti adalah sebagai Berikkut:




























langkah1. Langkah pertama yang saya lakukkan adalah mengumpulkan foto-foto yang akan di jadikan poster,ini foto-foto utama yang saya kumpulkan:





















langkah2. Setelah itu kita buka photoshopnya,saya disini menggunakan photoshop cs3.klik new pada menu file dan atur besar canvas yang akan kita dunakan untuk bekerja,kira-kira seperti berikut:


















langkah3. Lansung klik ok,dan langkah selanjutnya adalah kita buat backgroundnya dulu dan kasih warna hitam ,kira-kira seperti berikut:























langkah4. Terus langkah selanjutnya kita buat effect backgroundnya dengan cara buat layer baru dan double klik pada area layer tersebut ,kemudian kita pilih blending option lalu klik pattern overlay,pilih pada gambar paternnya itu gambar gelembung dengan blend modenya normal dan scale 100%.setelah itu klik gradient overlay atau centang cex boxnya lalu double klik pada menu gradientnya dan pilih warna di presetnya,pilih yang transparant rainbow lalu klik ok. Lalu blend mode kasih overlay lalu klik ok.dan hasinya kira-kira seperti berikut:





















langkah5. langkah selanjutnya kita kasih effect noisenya,caranya dengan membuta layer baru dan kasih warna orange lalu klik filter-noise –add noise.settinganya amountnya menjadi 400% lalu distributionnya kasih Gaussian lalu klik ok dan pada layer optionnya kasih soft lightdengan opacity 98% dan fillnya 48% hasilnnya kira-kira seperti berikut:






















langkah
6. langkah selanjutnya kasih effect batu pecah dengan menggunakan gambar yang tadi kita siapkan diatas,pindah gambar batu pecah tersebut ke lembar kerja kita dengan menggunakan move tool dan atur tata letaknya,.kira-kira yang pas menurut anda,lalu ubah layer optionnya menjadi color burn dan hasilnya seperti berikut:





















langkah
7. langkah selanjutnya adalah menaruh gambar pacar saya diatas ke lembar kerja saya…..hhohoho mimpi kali yea,,,,,ahihihihihiii

Ok langsung saja,insert gambar cewek tadi ke photoshop langsung pindah dengan move tool ke lembar kerja kita,lalu kita hapus dikit bagian atasnya biar keliatan menyatu dengan teknik masking,,,,,klik layer gambar cewek rambut pirang lalu klik pada option layer di bagian bawah bro yang ada gambbar kotak isi lingkaran di tengahnya atau namanya add layer masking.setelah itu kita masking bagian atassnya dengan menggunakan brush tool dengan opacity 50% saja.tapi pastikan set forhrounya hitam diatas…dan langsung masking dan hasilnya kira-kira seperti berikut:





















langkah
8. langkah selanjutnya kita kita akan menaruh cewek yang baju putih diatas kelembar kerja kita .caranya adalah seleksi terlebih dahulu cewek baju putih itu dengan menggunakan path tool.yang rapi yam as brow,,,,,,jangan lupa isi feathernya 2 biar lebih rapi potongannya…

Sesudah diseleksi kita taruh cewek baju putih itu di belakang cewek rambut pirang tadi,pada layernya klik lalu drag ke bawah layer cwek rambut pirang itu ,biar kliatan berada di belakang cewek rambut pirang tersebut,dan hasilnya kira-kira seperti berikut:























langkah
9. setelah itu minum copy dulu sebentar biar lebih fres…..hehehehe

Langkah selanjutnya adalah membuat tulisan sexy girl…caranya adalah ketik dulu tulisan sexy dengan menggunakan font Script MT Bold dan dengan ukuran kira-kira 150pt lalu blok huruf y dan kasih warna merah supaya ada perbedaan warna dikit.setelah itu baru ketik tulisan girlnya dengan font yang sama tapi Cuma ukurannya agak lebih kecil dikit kira-kira 90 pt.;a;u kita akan membuat effect fontnya supaya llebih hidup….
langsung saja double klik dulu di tulisan sexy’na dan akan mubcul kotak dialog blending option.pada blending option kita akan mengatur efectnya,langkah pertama klik pada drop sadownya atur distance 17px,spreed 7% dan size 70px,lalu kasih bavel and emboss atur size dan softnya….size kasih 40px dan soft 1px.lau klik ok.setelah itu copy layer stile pada tulisan sexy dengan cara klik kanan pilih copy layer style dan paste’kan di tulisan girl dan hasilnya adalah seperti berikut:























langkah
10. langkah selanjutnya adalah mangsi tulisan cinema art pada bagian atas tulisan sexy girl dan saya sisipkan suatu label di depan tulisan sexy dan hasilnya kira-kira seperti berikut:






















langkah
11. langkah selanjutnyya adalah mebuat tulisan December 2011,only in cinema dan biasa bioskop.caranya sama dengan cara membuat tulisan sexy diatas tapi ukuran fontnya aja yang berubah …langsung saja lihhat hasilnya yea:





















langkah
12. lalu selanjutnya saya isi gambar tambahan yaitu sekumpulan kedelai untuk mempercatik desainnya,langkahhnya yaitu ambil gambbar kedelai lalu pindah ke lembar kerja dengan move tool.dan lakukan masking pada bagian atasnya dengan teknik sama seperti pada waktu kita masking cewek rambut pirang diatas tadi…kalo sudah selesai hasilnya seperti berikut:























langkah
13. langkah selanjutnya adalah menngisi ikon gear di atas tulisan 2011…disini saya mendapatkan ikon ini saya download dari internet.lalu saya seleksi dan taruh di atas tulisan 2011 dan hasilnya kira-kira seperti berikut:























dan hasil akhirnya adalah seperti berikut:




























Ok demikian tutorial photoshop pertama saya semoga bermanfaat bagi kita semua…..jika ada kata-kata yang tidak berkenan bagi para pembaca mania atau bahkan tulisan yang tidak berkenan saya mohon maaf sebesar-besarnya,,,,,
ini merupakan tutorial pertama dari saya,saya harap masukan kritik dan sarannya yea,,,,,untuk memotivasi saya kedepannya……
ok terimakasih …….


......om santih santih santih om…….

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PERANAN BAHASA INDONESIA I

 Sebagai Bahasa Negara (UUD 1945 dan UU 24 Thn. 2009):
 Bahasa pengantar pendidikan
 Bahasa resmi perhubungan
 Sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
 Jurusan Ilmu Komputer adalah lembaga pendidikan
 Lembaga ini menyiapkan tenaga di bidang ilmu teknologi informasi
 Lulusan STIKI adalah pengembang dan pemanfaat iptek
 Teknik Informatika adalah sarana penunjang komunikasi

 FUNGSI BAHASA INDONESIA

 Landasan Historis dan Legal

 Sumpah Pemuda: Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu atau bahasa nasional

 UUD 1945: Bahasa Indonesia adalah bahasa negara

Bahasa Nasional:

 Lambang kebanggaan nasional
 Lambang identitas nasional
 Alat pemersatu
 Alat perhubungan

Bahasa Negara:

 Bahasa resmi negara
 Bahasa pengantar pendidikan
 Bahasa resmi perhubungan
 Sarana pengembangan dan pemanfaatan iptek
 Bahasa media massa
 Pendukung sastra
 Pemerkaya bahasa daerah

Bahasa Daerah:

 Lambang kebanggaan daerah
 Lambang identitas daerah
 Sarana pendukung budaya
 Sarana pendukung sastra


Dalam kaitan dengan bahasa Indonesia:

 Pendukung bahasa Indonesia
 Bahasa pengantar pendidikan tingkat mula
 Sumber pemerkaya bahasa Indonesia


 Bahasa Asing:

 Alat perhubungan antarbangsa
 Sarana pemanfaatan iptek
 Pendukung wacana keagamaan
 Sumber pemerkaya bahasa Indonesia

Masalah Kebahasaan:

 Pemakai bahasa:
 Bagaimana melaksanakan sumpah ketiga Sumpah Pemuda?
 Bagaimana melaksanakan Pasal 36 UUD?

 Korpus bahasa:
 Apakah bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu) dapat berfungsi dengan baik sebagai bahasa pemersatu?
 Bagaimana cara mengembangkan bahasa sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan modern?
 Bagaimana dengan bahasa daerah yang juga banyak digunakan penduduk di Indonesia?
 Bagaimana pula halnya dengan bahasa Inggris yang digunakan secara internasional?
 Korpus bahasa:
 Bagaimana kemampuan bahasa Indonesia untuk mengungkapkan konsep-konsep baru dalam ilmu dan teknologi?
 Bagaimana cara mengembangkan bahasa sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan modern?
 Bagaimana pemanfaatan bahasa-bahasa yang digunakan di Indonesia untuk memperkaya bahasa Indonesia?

Pembinaan Bahasa
 Sasaran: Pemakai bahasa
 Tujuan:
 Meningkatkan jumlah pemakai bahasa
 Meningkatkan mutu pemakaian bahasa

 Pengajaran
 Penyuluhan
 Pelatihan
 Pemasyarakatan


Pengembangan Bahasa
 Sasaran: Korpus bahasa
 Tujuan: Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang mampu menjadi wahana penyampai gagasan modern
 Penelitian
 Pemerkayaan
 Kodifikasi
 Pembakuan

Hasil Pengembangan:
 Glosarium
 Kamus
 Tata Bahasa
 Tesaurus
 Pedoman Ejaan
 Pedoman Pembentukan Istilah
 Ensiklopedia Sastra dan Bahasa

Pengembangan Istilah:
 Negara: MABBIM
 Instansi Negara: Pusat Bahasa, dsb.
 Lembaga Masyarakat: Pers, Organisasi Profesi
 Individu

Proses
Pembentukan Istilah:
 Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
 Bahan Baku Istilah Indonesia
 Pemantapan Istilah Nusantara
 Pemadanan Istilah
 Perekaciptaan Istilah
 Pembakuan dan Kodifikasi Istilah

Pemadanan Istilah:
 Penerjemahan
 Langsung
 Perekaan
 Penyerapan
 Penyerapan Istilah
 Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Asing
 Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan

Penyerapan:
 Penyerapan
 Penyerapan Istilah
 Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Asing
 Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk Terikat
 Penyesuaian Ejaan Sufiks

Sarana:
 Organisasi
 Peraturan
 UKBI
 Jaringan informasi
 Penerjemahan
 Kerja sama
 Sumber daya manusia

Kelembagaan:
 Lembaga pemerintah
 Di pusat
 Di daerah
 Di luar negeri

 Lembaga nonpemerintah
 HPBI
 MLI
 HISKI
 FBMM






RAGAM BAHASA


PENTING ATAU TIDAKNYA BAHASA INDONESIA
Tiga kriteria untuk bahasa yang dianggap penting

1. Jumlah Penutur
2. Luas daerah penyebaran
3. Pemakaian dalam sarana ilmu, teknologi, dan budaya

A. JUMLAH PENUTUR
a. Bahasa Indonesia (BI) umumnya sebagai bahasa kedua; bahasa pertama adalah bahasa daerah.
c. Penutur bahasa Indonesia yang menggunakan BI sebagai “bahasa ibu” tidak besar jumlahnya.
d. Jumlah penutur BI (2006) adalah 220 juta orang ditambah dengan penutur yang berada di luar wilayah Indonesia.
e. Data tersebut menunjukkan bahwa BI amat penting kedudukannya di masyarakat.

B. DAERAH PENYEBARAN
a. Daerah dari Sabang sampai Merauke.
b. Di samping itu, Malaysia dan Brunei (rumpun Melayu), ditambah Australia, Belanda, Rusia, dan Jepang (peminat BI).
c. Beberapa universitas di luar negeri yang membuka jurusan BI sebagai salah satu jurusan.
f. Daerah penyebaran ini membuktikan bahwa BI amat penting kedudukannya.

Ragam Bahasa

• Faktor yang menentukan ragam:
– Kelompok Penutur
– Jenis Pemakaian
Ragam menurut Kelompok Penutur
• Daerah (logat atau dialek)
• Pendidikan
• Usia
• Jenis Kelamin
• Sikap Penutur


LOGAT DAERAH
• Yang paling kentara karena tata bunyinya yang mudah dikenali.
• Misalnya, logat Indonesia orang Bali karena pelafalan bunyi /t/ dan /d/ -nya.
• Ciri khas, meliputi tekanan, turun-naiknya nada dan panjang-pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda.
• Perbedaan kosakata dan variasi gramatikal tentu ada walaupun mungkin kurang tampak.
• Ragam dialek dengan sendirinya erat hubungannya dengan bahasa ibu si penutur.


RAGAM MENURUT PENDIDIKAN

Ragam menurut pendidikan tumpang tindih dengan dialek, misal, bunyi /f/, /-ks/, dan /t/.
Contoh lain: Saya mau tulis itu surat ke pamanaku?

Ragam menurut Sikap Penutur
Disebut langgam atau gaya.

Misalnya, Saya dengar Bapak gerah beberapa waktu yang lalu. (menunjukkan sikap hormat).

RAGAM LISAN DAN RAGAM TULIS
 Bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis.
 Ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf).
 Tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat dilisankan
 Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis.

PERBEDAAN RAGAM TULIS DAN LISAN
A. Ragam Lisan
1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman bicara berada di depan pembicara.
2. Unsur-unsur gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan.
3. Sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu.
4. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara.
B. Ragam Tulis
• Ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara di depan.
• Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap. Fungsi gramatikal harus nyata.
• Tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
• Dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

RAGAM LISAN
 Penggunaan Bentuk Kata
1. Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
2. Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
 Penggunaan Kosakata
1. Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
2. Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterima.
 Penggunaan Struktur Kalimat
1. Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
2. Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubenur Bali.
RAGAM TULIS
a. Penggunaan Bentuk Kata
1. Apabila tidak sanggung, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
2. Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dulu oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan Kosakata
1. Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
2. Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana yang diterima.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
1. Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
2. “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubenur Bali.


RAGAM BAKU DAN TIDAK BAKU

a. Ragam Baku
Ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunanya.
b. Ragam Tidak Baku
Ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

Sifat Ragam Baku
a. Kemantapan Dinamis
Mantap, artinya sesuai dengan kaidah bahasa.
contoh: pe + raba = peraba
pe + rajin = perajin (pengrajin)
Bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas (kemantapan kaidah baku)
a. Cendekia
Dipakai di tempat resmi. Pewujudnya adalah orang terpelajar.
Contoh: Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual. (konsep ganda)
Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.
rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.

c. Seragam
Pada hakikatnya pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa.
Pembakuan bahasa: pencarian titik-titik keseragaman.
Contoh: pelayan kapal terbang dianjurkan memakai istilah pramugara dan pramugari (steward dan stewardes tidak disepakati untuk dipakai)


RAGAM BAKU TULIS DAN RAGAM BAKU LISAN

A. Ragam baku tulis
Ragam yang dipakai dengan resmi (buku pelajaran/ilmiah)
Usaha pemerintah:
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
- Pedoman Umum Pembentukan Istilah
- KBBI
- Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
B. Ragam baku lisan
Ukuran dan nilai ragam baku lisan bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. (tidak dipengaruhi logat atau dialek)

RAGAM SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL
A. Ragam Sosial
Ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam Baku Nasional: sebagai ragam sosial yang tinggi
Ragam Baku Daerah: ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang rendah
B. Ragam Fungsional/Profesional
Ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesionalan, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.

BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah “benar” suatu kata, sedangkan masalah “baik” tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat.
Pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa dengan konsisten. Benar jika mematuhi kaidah yang berlaku.
Pengertian “baik” pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situai pemakainya.
Pemilihan kata yang digunakan dalam suatu kalimat sangat berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan.

Contoh:
 atlet
 aktif
 aktivitas
 asas
 ekspor
 ekuivalen
 November


 konkret
 kompleks
 sistem
 kuitansi
 teoretis
 teknik
 terampil
 zaman



PENTING ATAU TIDAKNYA BAHASA INDONESIA

Tiga kriteria untuk bahasa yang dianggap penting

1. Jumlah Penutur
2. Luas daerah penyebaran
3. Pemakaian dalam sarana ilmu, teknologi, dan budaya

A. JUMLAH PENUTUR
a. Bahasa Indonesia (BI) umumnya sebagai bahasa kedua; bahasa pertama adalah bahasa daerah.
c. Penutur bahasa Indonesia yang menggunakan BI sebagai “bahasa ibu” tidak besar jumlahnya.
d. Jumlah penutur BI (2006) adalah 220 juta orang ditambah dengan penutur yang berada di luar wilayah Indonesia.
e. Data tersebut menunjukkan bahwa BI amat penting kedudukannya di masyarakat.

B. DAERAH PENYEBARAN
a. Daerah dari Sabang sampai Merauke.
b. Di samping itu, Malaysia dan Brunei (rumpun Melayu), ditambah Australia, Belanda, Rusia, dan Jepang (peminat BI).
c. Beberapa universitas di luar negeri yang membuka jurusan BI sebagai salah satu jurusan.
f. Daerah penyebaran ini membuktikan bahwa BI amat penting kedudukannya.


C. PEMAKAIAN SEBAGAI SARANA ILMU, TEKNOLOGI, DAN BUDAYA
a. Pengantar pendidikan
b. Sastra
c. Film
d. Administrasi negara
e. Media massa
f. Telepon seluler


Ragam Bahasa

• Faktor yang menentukan ragam:
– Kelompok Penutur
– Jenis Pemakaian
Ragam menurut Kelompok Penutur
• Daerah (logat atau dialek)
• Pendidikan
• Usia
• Jenis Kelamin
• Sikap Penutur


LOGAT DAERAH
• Yang paling kentara karena tata bunyinya yang mudah dikenali.
• Misalnya, logat Indonesia orang Bali karena pelafalan bunyi /t/ dan /d/ -nya.
• Ciri khas, meliputi tekanan, turun-naiknya nada dan panjang-pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda.
• Perbedaan kosakata dan variasi gramatikal tentu ada walaupun mungkin kurang tampak.
• Ragam dialek dengan sendirinya erat hubungannya dengan bahasa ibu si penutur.


RAGAM MENURUT PENDIDIKAN

• Ragam menurut pendidikan tumpang tindih dengan dialek, misal, bunyi /f/, /-ks/, dan /t/.
• Contoh lain: Saya mau tulis itu surat ke pamanaku?

Ragam menurut Sikap Penutur
Disebut langgam atau gaya.

Misalnya, Saya dengar Bapak gerah beberapa waktu yang lalu. (menunjukkan sikap hormat).


RAGAM LISAN DAN RAGAM TULIS
• Bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis.
• Ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf).
• Tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat dilisankan
• Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis.



PERBEDAAN RAGAM TULIS DAN LISAN
A. Ragam Lisan
1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman bicara berada di depan pembicara.
2. Unsur-unsur gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan.
3. Sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu.
4. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara.

B. Ragam Tulis
• Ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara di depan.
• Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap. Fungsi gramatikal harus nyata.
• Tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
• Dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

RAGAM LISAN
• Penggunaan Bentuk Kata
1. Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
2. Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
• Penggunaan Kosakata
1. Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
2. Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterima.
• Penggunaan Struktur Kalimat
1. Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
2. Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubenur Bali.

RAGAM TULIS
a. Penggunaan Bentuk Kata
1. Apabila tidak sanggung, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
2. Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dulu oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan Kosakata
1. Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
2. Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana yang diterima.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
1. Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
2. “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubenur Bali.


RAGAM BAKU DAN TIDAK BAKU

a. Ragam Baku
Ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunanya.
b. Ragam Tidak Baku
Ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.


Sifat Ragam Baku
a. Kemantapan Dinamis
Mantap, artinya sesuai dengan kaidah bahasa.
contoh: pe + raba = peraba
pe + rajin = perajin (pengrajin)
Bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas (kemantapan kaidah baku)
a. Cendekia
Dipakai di tempat resmi. Pewujudnya adalah orang terpelajar.
Contoh: Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual. (konsep ganda)
Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.
rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.

c. Seragam
Pada hakikatnya pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa.
Pembakuan bahasa: pencarian titik-titik keseragaman.
Contoh: pelayan kapal terbang dianjurkan memakai istilah pramugara dan pramugari (steward dan stewardes tidak disepakati untuk dipakai)


RAGAM BAKU TULIS DAN RAGAM BAKU LISAN

A. Ragam baku tulis
Ragam yang dipakai dengan resmi (buku pelajaran/ilmiah)
Usaha pemerintah:
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
- Pedoman Umum Pembentukan Istilah
- KBBI
- Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
B. Ragam baku lisan
Ukuran dan nilai ragam baku lisan bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. (tidak dipengaruhi logat atau dialek)


RAGAM SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL
A. Ragam Sosial
Ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam Baku Nasional: sebagai ragam sosial yang tinggi
Ragam Baku Daerah: ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang rendah
B. Ragam Fungsional/Profesional
Ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesionalan, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.


BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah “benar” suatu kata, sedangkan masalah “baik” tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat.
Pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa dengan konsisten. Benar jika mematuhi kaidah yang berlaku.
Pengertian “baik” pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situai pemakainya.
Pemilihan kata yang digunakan dalam suatu kalimat sangat berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan.

Contoh:
• atlet
• aktif
• aktivitas
• asas
• ekspor
• ekuivalen
• November
• kompleks
• sistem
• kuitansi
• teoretis
• teknik
• terampil
• zaman
• konkret




PERTEMUAN III.


PUNGTUASI

Pendahuluan
• Pungtuasi; tanda baca
• adalah tanda grafis yang digunakan secara konvensional untuk memisahkan pelbagai bagian dari satuan bahasa tertulis.
• Ada bermacam-macam tanda baca/pungtuasi, seperti titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (: ), dan petik (“..”)

TANDA TITIK (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Saya akan pergi ke Jakarta besok.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 1973.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
Contoh lain:
Dr. Dharma Tintri Izzati Amperaningru, S.E. M.M.
atas nama a.n.
untuk beliau u.b.
dan sebagainya dsb.

2 Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negri
A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jendral Agraria
1.

1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik

Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.


3.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
– pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
– 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
– 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
– 0.0.30 jam (30 detik)
5.Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
– Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.


6a.Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
– Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
– Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
6b.Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
– Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
– Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
– Nomor gironya 5645678.
7.Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
– Acara Kunjungan Adam Malik
– Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)
– Salah Asuhan

8.Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)

Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)

Atau:

Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)

Tanda Koma (,)
1.Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
Satu, dua, ... tiga!

2.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3a.Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.

4.Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
6.Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.) Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."


7.Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.

Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya, 10 mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia
8.Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9.Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10.Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11.Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
12.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
Misalnya
- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
- Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
- Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.


13.Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
– Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
– Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
– Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
– Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
14.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
– "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.
– "Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.

TANDA TITIK KOMA (;)
1. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
- Semua murid diperlakukan sama; tidak ada murid yang dianakemaskan.
- Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
-2. Tanda titik koma juga digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma.
Contoh:
Di toko swalayan itu Amin membeli kemeja, sepatu, sapu tangan, dan kaus kaki; Ali membeli ikat pinggang, topi, dasi, dan kacamata; sedang Amat membeli buku tulis, pulpen, penggaris, dan minyak rambut.

- Tanda titik koma digunakan juga untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian.
Contoh:
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan teirma kasih kepada:
1. Bapak Dr. Aries Budi Setyawan dan Ibu Masodah, S.E., M.M. sebagai pembimbing 1 dan pembimbing 2, yang dengan penuh kesabaran telah memberikan petunjuk dan nasihat-nasihatnya;
2. Ibu Izzati Amperaningrum SE. M.M. , dosen wali penulis yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma;
3. Ir. Arjuna, pacar penulis yang dengan setia mendampingi penulis menyelesaikan skripsi ini.

Tanda Titik Dua (:)
1a.Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
– Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
– Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
1b.Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
Misalnya:
– Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
– Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.


2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
– a.Ketua: Ahmad Wijaya
Sekretaris: S. Handayani
Bendahara: B. Hartawan
– b.Tempat Sidang: Ruang 104
Pengantar Acara: Bambang S.
Hari: Senin
Waktu: 09.30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
– Ibu:(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!“
– Amir: "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
– Ibu: "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)


4.Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
• Tempo, I (1971), 34:7
• Surah Yasin:9
• Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
• Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.


Tanda Hubung (-)

(1) Tanda hubung menyambung unsur-unsur bentuk ulang.
Misalnya:
anak-anak, laba-laba, kupu-kupu
(2) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan –an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:
se-Bali, anak ke-2, tahun 1970-an, mem-PHK-kan

(3) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya: di-smash, pen-tackle-an
(4) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.


Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
– Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
– Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ....
bukan
– Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan ....
– Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak ....

(5) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
– Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
– Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
– Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

(6) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
– p-a-n-i-t-i-a
– 8-4-1973
(7) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
– ber-evolusi
– dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)
– tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
– be-revolusi
– dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)
– tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial


Tanda Pisah (—)
(1) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau nama kota dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
13—17 Juni 2006 atau 13 s.d. 17 Juni 2006
Denpasar—Karangasem
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.


(2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Pak Mardika—guru matematika itu—dipindahkan ke Kupang.
Catatan:
Dalam pengetikan manual tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

(3) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.



E. Tanda Petik (“…”)
(1) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Tulisan yang berjudul “Menggapai Harapan” diterbitkan oleh Bali Post.
(2) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Ia menjadi “tangan kanan” orang itu.

Tanda Elipsis (...)
1.Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
 Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2.Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
 Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
 Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
 Misalnya:
 Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....



Tanda Tanya (?)

1.Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Misalnya:
 Kapan ia berangkat?
 Saudara tahu, bukan?
2.Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
 Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
 Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.


Tanda Kurung ((...))
1.Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
– Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2.Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
– Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
– Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3.Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
– Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
– Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4.Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
– Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.


Tanda Kurung Siku ([...])

1.Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
– Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
– Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.


Tanda Petik ("...")

1.Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
– "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
– Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2.Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
– Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
– Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
– Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3.Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
– Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
– Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".


4.Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
 Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5.Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
 Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
 Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.


Tanda Petik Tunggal ('...')
1.Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
– Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
– "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2.Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Misalnya:
– feed-back 'balikan'


Tanda Garis Miring (/)
1.Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
– No. 7/PK/1973
– Jalan Kramat III/10
– tahun anggaran 1985/1986
2.Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
– dikirimkan lewat darat/laut(dikirimkan lewat darat atau laut)harganya Rp25,00/lembar(harganya Rp25,00 tiap lembar)


Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
– Ali 'kan kusurati.('kan = akan)Malam 'lah tiba.('lah = telah)1 Januari '88('88 = 1988)





PERTEMUAN IV.

BENTUK DAN PILIHAN KATA

PENGERTIAN DIKSI
Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Misalnya:
(1) Amir membersihkan kaki tangannya yang kotor.
(2) Kaki tangan gembong perampok itu sudah tertangkap.




Tujuan Memilih Kata
 Mempercermat pengungkapan gagasan
 Menjadikan bahasa yang kita gunakan lebih hidup, menarik, dan tidak membosankan
Misalnya:
(1) Pembangunan pasar yang akan menelan biaya sekitar Rp5 miliar itu mulai dibangun tahun depan.
(2) Pembangunan pasar dibangun tahun depan.

(Sudah ada kata pembangunan, untuk mengganti kata dibangun pakai saja kata dilaksanakan atau dimulai)

Jadi, kalimat (1) di atas dapat diperbaiki seperti berikut.
(1) Pembangunan pasar yang akan menelan biaya sekitar Rp5 miliar itu mulai dilaksanakan tahun depan.
(2) Pembangunan pasar yang akan menelan biaya sekitar Rp5 miliar itu dimulai tahun depan.

Catatan: Pengulangan bentuk yang bermiripan secara terus-menerus, selain membosankan, juga kadang-kadang menjadi berlebihan dan tidak diperlukan.


PILIHAN KATA DALAM KARYA SASTRA DAN DALAM KARYA ILMIAH
Karya Sastra dan Ilmu
1. Dua bidang ini dikembangkan dengan sarana bahasa.
2. Bahasa menjadi penyampai gagasan.
3. Bahasa menurut sastrawan dan ilmuan itu berbeda.
Karya Sastra
- Bersifat sekali jadi, potret gagasan, perasaan, dan persepsi penulisnya.
- Sastrawan mengungkap tanggapannya pada topik tulisannya secara subjektif, menurut apa yang dirasakan.
Ilmu
- Dapat setiap kali mengubah bahasa, meralat, atau menambah keterangan.
- Ilmuwan berusaha mengungkapkan secara objektif, kebenaran objek yang ditulisnya.

Contoh sastra:
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Contoh bahasa ilmiah:
Tahun ini tanaman karet yang berumur enam tahun merupakan 52,46 persen dari seluruh tanaman yang tumbuh pada perkebunan seluas 32.180,42 hektare itu.


DIKSI HARUS BERDASARKAN TIGA TOLOK UKUR
1. Ketepatan

2. Kebenaran

3. Kelaziman


KETEPATAN
 Memilih kata secara tepat
Contoh:
1. Kata mengacuhkan dan memedulikan
- Karena mengacuhkan petunjuk yang diberikan pada awal tes, banyak peserta yang tidak dapat mengerjakan soal dengan benar. (memedulikan, memperhatikan)
- Karena mengabaikan petunjuk yang diberikan pada awal tes, banyak peserta yang tidak dapat mengerjakan soal dengan benar. (mencuaikan)


2. Kata semua dan seluruh
- Rumah yang hendak ditempati itu semula kelihatan kotor, tetapi setelah dibersihkan, seluruh rumah tampak bersih. (semua bagian dari sebuah rumah)
- Acara itu diikuti semua kelas. (beberapa kelas)
- Acara itu diikuti seluruh kelas. (satu kelas semua muridnya akan mengikuti suatu acara)

3. Penggunaan Ungkapan Perangkai
- Penyusunan kalimat majemuk
1. Hindari kalimat terlalu panjang,
2. Kalimat pendek tetap harus berpautan agar
kohesif,
3. Sarana kohesi yang digunakan lazim disebut ungkapan penghubung antarkalimat.
Misalnya:
(1) Ia tidak mempunyai bekal yang cukup. Ia tetap akan berangkat ke Riau.
(2) Ia tidak mempunyai bekal yang cukup. Biarpun demikian, ia tetap akan berangkat ke Riau.


4. Pengulangan Unsur Kalimat
- Pengulangan dan penghilangan unsur kalimat,
- Kalimat yang sederhana.
Contoh:
(1) Hapsari masih kecil. Usianya belum genap tiga tahun. Ia ingin bersekolah.
(Penambahan tiga kalimat pendek)
(2) Tidak ada taman kanak-kanak yang dapat menerimanya. Hatinya sedih. Ia harus menunggu dua tahun lagi.


KEBENARAN
Aspek kebenaran menyangkut:
1. Pelafalan (tidak dibahas)
2. Pengejaan
(Penulisan kata yang sesuai dengan aturan tata tulis yang berlaku)
3. Pembentukan kata
(kaidah tata bahasa, terutama pembentukan kata jadian)

Kebenaran dalam kata dapat dilihat pada:

(1) Bentuk-bentuk berpasangan
(2) Kata berawalan
(3) Kata berakhiran



1. BENTUK BERPASANGAN
Pasangan Bentuk yang Bermiripan digolongkan menjadi tiga kelompok:
(1) Pasangan yang seasal,
(2) Pasangan yang bersaing,
(3) Pasangan yang terancukan

Pasangan yang Seasal
Pasangan kata yang memiliki bentuk asal yang sama dan makna pun berdekatan.
Contoh:
lulus lolos
kurban korban


Pasangan yang Bersaing
- Pasangan yang anggotanya mempunyai makna yang sama, tetapi ditulis berbeda-beda.
- Perubahan dalam rangka pembakuan bahasa.
Contoh:
strukturil struktural
kwalifikasi kualifikasi
telor telur
sodara saudara

Pasangan yang Terancukan
Jika orang tidak mengetahui secara pasti bentuk kata yang benar lalu terkacaukan oleh bentuk yang dianggapnya benar.
Contoh:
sah (resmi, benar) syah (raja)
kelola mengelola dikelola
Hindari kata ketemu, ketawa



2. KATA BERAWALAN
 Ada beberapa bentuk yang menyebabkan perubahan bunyi (atau tulisan) jika bergabung dengan kata dasar tertentu
 Awalan meng- dan peng- (me- dan pe-)
Contoh:
mengkait mengait
mensejajarkan menyejajarkan
mengenyampingkan mengesampingkan
menyintai mencinta
pentahapan penahapan
pengrusakan perusakan
3. KATA BERAKHIRAN
 Akhiran dalam bahasa Indoensia, -kan dan –an.
 Akhiran –kan adalah akhiran pada kata kerja.
 Akhiran –an adalah akhiran pada kata benda.
Contoh:
masuk + -kan masukkan
pe- + masuk + -an pemasukan



KELAZIMAN
 Kelaziman menggunakan bentuk bahasa tertentu terjadi karena pemakaian yang berulang-ulang.
Misalnya:
(1) Selamat pagi atau selamat malam (siaran pertandingan sepak bola)
(2) Kata ganti orang atau pronomina persona


PERSONA TUNGGAL JAMAK
NETRAL EKSLUSIF INKLUSIF
PERTAMA Saya,aku,daku,ku-,ku kami kita
KEDUA Engkau,kamu,anda,dikau,kau-,mu- Kalian,kamu,sekalian,anda sekalian
KETIGA Ia,dia,beliu,-nya


Kelompok Pertama
demi demi saya, demi aku, demi daku
kecuali kecuali saya, kecuali aku, kecuali daku
mengenai mengenai saya, mengenai aku, mengenai daku
selain selain saya, selain aku, selain daku
seperti seperti saya, seperti aku, seperti daku
tentang tentang saya, tentang aku, tentang daku

b. Kelompok Kedua
bagi bagiku, bagi aku, bagi saya
buat buatku, buat aku, buat saya
bersama bersamaku, bersama aku, bersama saya
kepada kepadaku, kepada aku,kepada saya
sekitar sekitarku, sekitar aku, sekitar saya
terhadap terhadapku, terhadap aku, terhadap saya
untuk untukku, untuk aku, untuk saya


ASPEK MAKNA
1. Sinonim
2. Denotasi dan Konotasi
3. Makna Umum dan Khusus


Sinonim
Kata yang mempunyai makna yang bermiripan
Contoh: kawan, sahabat, teman, mitra
besar, raya, agung
(1) Beberapa Jenis Pertemuan
- rapat - sidang
- rapat umum - musyawarah
- konferensi - kongres
- muktamar - seminar
- simposium - diskusi panel
- lokakarya - serasehan

(2) Penggunaan kata untuk, agar, dan supaya
- digunakan untuk menyatakan tujuan, alasan, atau maksud tindakan dilakukan
- untuk diikuti kata benda
Contoh:
1. Ia membeli buku untuk saya.
2. Secara berkala tanaman itu disemprot agar bebas dari hama.
3. Ia pura-pura marah supaya anaknya takut.
4. Dia menyanyi demi keluarganya.
5. Dia menyanyi untuk keluarganya.


MAKNA DENOTASI DAN KONOTASI
Denotasi: Kalimat mempunyai asosiasi yang semata-mata dengan pengertian tertentu dan tidak mempunyai asosiasi ikutan (tambahan).
Contoh:
(1) Ia mengambil baju dari dalam lemari.
(2) Mereka mengenakan busana dari daerah masing-masing.
Konotasi: makna tambahan
Contoh:
(1) Kelompok penjahat itu sudah diketahui identitasnya.
(2) Si Udin sedang menggiring kawanan dombanya.


MAKNA UMUM DAN KHUSUS
Ada seperangkat kata yang mengacu ke benda-benda yang sejenis.
Contoh:
Unggas (ayam, itik, bebek, angsa, burung, dan unggas)
(1) Saya mempunyai seekor anjing. Binatang itu merupakan satu-satunya binatang yang saya pelihara di rumah.


ASPEK BENTUK
1. Kata Dasar
2. Kata Jadian:
Kata Berimbuhan
Kata Ulang
Kata Majemuk


KATA DASAR
 Kata yang menjadi dasar bentukan kata turunan/jadian.
Contoh:
tulis tulisi, menulis, dan tulisan.


KATA JADIAN
 Kata-kata yang merupakan hasil proses pembentukan kata.
1. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan merupakan kata yang dihasilkan melalui proses pengimbuhan, baik berupa penambahan awalan, akhiran, sisipan, maupun gabungan imbuhan.


 Awalan
meng- à menulis, mengajar,membaca
di- à diambil, dilempar,diminum
ber- à berkebun, berenang,bekerja
peng- à penulis, perajin, peramal

Akhiran
-an à tulisan, bacaan, laporan
-i à temui, jalani, surati
-kan à bayarkan, kemudikan, manjakan
Sisipan
 -el- à gelegar, gelantung
 -er- à gerigi, gemeretak
 -em- à gemetar, gemuruh

 Gabungan imbuhan
meng- …-kan à menanyakan, memberikan
meng-…-I à menangisi,memandangi
peng-…-an à pendidikan, penitipan
ke-…-an à kedinginan, kepanasan
se-…-nya à sebaiknya, sesungguhnya
per-…-an à peraturan, persimpangan


2. Kata Ulang
Kata ulang merupakan hasil proses penurunan kata dengan cara mengulang kata, baik secara utuh maupun sebagian.
Contoh:
tua à tua-tua
sepeda à sepeda-sepeda
pemulung à pemulung-pemulung

2. Kata Ulang
Kata ulang merupakan hasil proses penurunan kata dengan cara mengulang kata, baik secara utuh maupun sebagian.
Contoh:
tua à tua-tua
sepeda à sepeda-sepeda
pemulung à pemulung-pemulung




KALIMAT

I. PENGERTIAN KALIMAT
 Satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh.
 Bentuk lisan dan tulisan.
 Bentuk lisan alunan titinada, keras lembutnya suara, disela jeda, dan diakhiri nada selesai.
 Bentuk Tulisan dimulai huruf kapital dan diakhiri tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Di dalamnya dapat disertai tanda baca lainnya (koma, titik koma, tanda hubung, atau kurung).

CONTOH
(1) a. Para penyuluh telah datang.
b. Keringat dingin telah membasahi tubuhnya.
(2) a. Kamu kemarin datang ke rumah?
b. Orang tuanya tinggal di Karangasem?
(3) a. Ambilkan buku itu!
b. Baca!

II. FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN
1.1 FUNGSI
Kalimat terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan/atau keterangan (K).
Contoh:
(1) Ceramah ini sangat bagus.
S P
(2) Keputusan ayahnya itu sering mengecewakan anak-anaknya.
S P O
(3) Pak Rojak sudah menjadi kepala sekolah.
S P Pel
(4) Dia sering bertugas ke luar kota.
S P K


(5) Kami pernah mengundang pakar komputer S P O
dalam seminar sehari.
K

1.2 KATEGORI
Unsur-unsur kalimat dapat dipilah berdasarkan kelas kata.
Kelas kata ada lima, yaitu Kata kerja (KK), benda (KB), sifat (KS), keterangan (KKet), dan tugas (KT).
Kelompok kata tugas adalah penghubung (konjungsi), kata depan (preposisi), kata sandang (artikula), dan partikel.

Gabungan kata - > frasa. Jika yang menjadi inti nomina - > FN. Jika intinya verba - > FV, dst.
Contoh:
(1) Gedung ini akan dibongkar.
S:FN P:FV
(2) Kongres Bahasa Indonesia berlangsung lima tahun sekali.
S:FN P:FV K:FNum
(3) Kami memerlukan sepidol biru dan hitam.
S:FN P:FV O:FN
(4) Kedatangannya melegakan hati kami.
S:FN P:FV O:FN
(5) Bapak dan ibunya menjadi dosen di Jakarta.
S:FN P:FV Pel:FN

1.3 PERAN
Kelengkapan analisis fungsi S, P, O, Pel, dan K dengan peran pelaku, penderita atau sasaran, pengalam, pemaslahat, waktu, tempat, dsb.

Contoh:
(1) Bu Kamila sedang membuat konsep surat.
S: pelaku P: perbuatan O: sasaran
(2) Rambut Pak Jojon memutih.
S: pengalam P: proses
(3) Buku ini sangat bagus.
S: kualifikasi P: keadaan



III. UNSUR KALIMAT
Unsur kalimat tunggal dapat berupa S, P, O, Pel, dan K.
Predikat adalah unsur yang harus ada dalam kalimat.
Predikat yang berupa verba tertentu menuntut O, Pel, atau K.
Contoh:
(1) a. Presiden sudah berpidato kemarin.
S P K
b. Presiden sudah berpidato.
S P

c. *Presiden kemarin.
S K
d. *Sudah kemarin.
S K

S dan P merupakan unsur wajib dalam setiap kalimat, sedangkan O, Pel, dan K merupakan unsur yang kehadirannya ditentukan oleh tipe verba predikat.
Contoh:
(1) Pedagang kaki lima itu menggelar dagangannya pada sore S P O K
hari.
(2) Negara kita berdasarkan Pancasila. (Predikat tidak memerlukan O)
S P Pel.
(3) Panitia memberi saya hadiah. (Predikat memerlukan O dan P)
S P O Pel.

Unsur lain kalimat adalah keterangan. Keberadaan K berbeda dengan S, P, O, dan Pel. K ada yang bersifat wajib dan ada manasuka.
Contoh:
(1) Cincin ini terbuat dari emas. (Wajib ada K)
(2) Di mimbar upacara Pembina Upacara sudah siap. (ManasukaI)


IV. STUKTUR TOPIK-KOMEN
4.1 TOPIK
Selain ada kalimat berstruktur S-P, ada kalimat yang berstruktur topik-komen.
Topik dalam kalimat kedua merupakan titik tolak pembicaraan kalimat, yaitu bagian daya tarik pendengar/pembaca.
Kalimat berstruktur topik-komen lebih dilihat sebagai sarana informasi lebih bertalian dengan nilai komunikatif dan keefektifan kalimat.



Topik kalimat (1) terikat pada wacana sebelumnya dan topik kalimat (2) terikat pada kalimat (1).
Contoh:
(1) Pegawai baru itu, pakaiannya selalu rapi. (bagian pertama disebut topik, kedua disebut komen)
(2) Penampilannya selalu menarik. (bagian pertama disebut topik, kedua disebut komen)


4.2 Komen
• Topik dapat berupa nomina, FN, atau klausa.
• Komen berupa frasa verba atau klausa.
Contoh:
(1) Penampilannya selalu menarik. (FV)
(2) Anak itu, ibunya karyawati sebuah bank. (klausa)

V. JENIS KALIMAT
5.1 Kalimat Menurut Bentuknya
5.1.1 Kalimat Berita/Deklaratif
Kalimat yang berisi pemberitahuan atau pernyataan (sehingga lawan bicara menjadi tahu tentang sesuatu).
Contoh:
(1) Kemarin saya tidak mengerjakan apa-apa.
(2) Rombongan kami berjumlah lima orang.
(3) Saya akan menyelesaikan tugas ini secepatnya.

5.1.2 Kalimat Tanya/Introgatif
Kalimat yang biasanya digunakan untuk meminta informasi tentang sesuatu. Kalimat tanya dapat menggunakan kata tanya: apa, siapa, di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, mengapa, dan kapan.
Contoh:
(1) Apa yang kamu sampaikan dalam rapat tadi?
(2) Siapa yang memimpin rapat tadi?
(3) Berapa orang yang hadir?
(4) Kapan rapat itu dimulai?
(5) Di mana rapat itu diadakan?
(6) Tidakkah lebih baik kalau kita bersahabat saja?
(7) Bapak peserta seminar?

5.1.3 Kalimat Perintah/Imperatif
Kalimat yang mengandung perintah atau permintaan (permohonan) dilaksanakan atau dikerjakan. Biasanya digunakan bentuk kata kerja tanpa awalan atau kata coba, silakan, tolong, dst.
Contoh:
(1) Antarkan surat ini sekarang!
(2) Tolong ketikkan surat!
(3) Coba renungkan dahulu penjelasan saya tadi!

5.2 Kalimat Menurut Strukturnya
 Dibedakan menjadi kalimat tunggal dan majemuk
5.2.1 Kalimat Tunggal
• Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu struktur klausa (predikat).
• Satu struktur klausa dalam kalimat berupa SP; SPO; SPK; bahkan P saja.
Contoh:
a. Orang itu dosen kami.
b. Sekretaris saya sedang mengonsep surat jawaban.
c. Keputusam ini berdasarkan musyawarah keluarga.
d. Kami berangkat pukul 7.30.
e. Setuju.

5.2.2 Kalimat Majemuk
• Kalimat majemuk terdiri atas dua struktur klausa, sekurang-kurangnya terdiri atas dua predikat.
• Kalimat majemuk dibedakan menjadi tiga, yaitu kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran.
Contoh:
(1) Dia bekerja di ruang sekretaris dan saya bekerja
S1 P1 K1 S2 P2
di ruang rapat.
K2
(2) Kantornya megah, tetapi karyawannya miskin-miskin.
S1 P2 S2 P2
(3) Karena tidak diberi kesempatan, peserta itu kecewa.
P2 Pel. S1 P2


5.2.2.1Kalimat Majemuk Setara
• Kalimat majemuk setara memiliki unsur-unsur yang kedudukannya sederajat, tidak saling bergantung.
• Unsur-unsurnya dapat dihubungkan dengan penghubung intrakalimat (konjungtor koordinatif), seperti dan, atau, tetapi, sedangkan, lalu, dan kemudian.
Contoh:
(1) Guru berbicara di depan kelas dan seorang murid bertanya dengan lantang.
(2) Saya bersedia memaafkannya, tetapi dia tidak mengakui kesalahannya.
(3) Ceramah yang kedua tadi menarik, sedangkan ceramah yang pertama dan ketiga tidak begitu menarik.



5.2.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat
• Kalimat majemuk memiliki unsur-unsur yang tidak sederajat: yang satu menjadi bagian dari yang lain atau bergantung pada yang lain.

• Unsur kalimat yang bergantung pada unsur yang lain disebut anak kalimat.

• Unsur kalimat yang tidak bergantung pada unsur lain disebut induk kalimat.

• Hubungan antarunsur ditandai dengan penghubung taksetara (konjungtor subordinatif), seperti meskipun, walaupun, supaya, agar, karena, sebab, sehingga, maka, ketika, setelah, jika, apabila, dan bahwa.
• Contoh:
(1) Meskipun agak sulit, masalah itu tetap dapat diatasi.

(2) Dia sering marah karena bawahannya selalu mengecewakan hatinya.


5.2.2.3 Kalimat Majemuk Campuran
• Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

• Sekurang-kurangnya terdapat tiga struktur klausa yang memiliki hubungan setara dan bertingkat.

Contoh:
(2) Keinginan itu selalu tertunda karena Anwar lebih berkonsentrasi ke lembaga pendidikan di luar negeri, sedangkan orang tuanya memilih pendidikan di dalam negeri.
(2) Ketika malam mulai mencekam, kutarik selimut itu dan kupejamkan mata ini, tetapi rasa takut itu tidak juga pergi dari hati dan pikiranku.